Saya
beri sedikit ilustrasi terlebih dahulu lewat sebuah cerita. Suatu hari,
hewan-hewan besar di hutan berkumpul dan bermusyawarah. Mereka ingin mendidik
anak-anak mereka supaya memiliki kemampuan lebih. Oleh karena itu, mereka pun
memutuskan untuk membuat sekolah yang mengajarkan keahlian memanjat, menggali,
terbang, berlari, dan berenang.
Karena
hewan-hewan besar itu tidak berhasil menemukan kata sepakat mengenai objek
pembelajaran yang paling penting, maka semua murid sekolah tersebut diwajibkan
mengikuti kurikulum yang sama. Dengan kata lain, setiap murid harus mengikuti
mata pelajaran memanjat, menggali, terbang, berlari, berenang, dll.
Tentu
saja, si kancil yang terkenal jago lari merasa sangat kesulitan bahkan hampir
tenggelam ketika mengikuti pelajaran berenang. Berkali-kali, ia meminum air karena
tidak kuat menahan napas sewaktu berada
di dalam air. Pengalaman ini membuat batinnya terguncang. Ia merasa tidak
mempunyai potensi diri lagi.
Melihat
si kancil pulang dengan wajah murung dan putus asa, sang ibu pun memberinya
motivasi. Tidak tanggung-tanggung, demi meningkatkan kemampuan si kancil dalam
berenang, sang ibu memutuskan untuk mendaftarkan si kancil les renang. Sejak
saat itu, si kancil sibuk berlatih berenang, baik di sekolah maupun di luar
sekolah.
Suatu
pagi, si kancil bangun kesiangan. Ia merasa badannya letih dan pegal-pegal.
Namun, ia bertekad untuk masuk sekolah agar tidak ketinggalan materi pelajaran
di sekolah. Ia pun mengeluarkan seluruh tenaganya dan berlari
sekencang-kencangnya. Sayangnya, ia tetap terlambat sehingga tidak diizinkan
masuk mengikuti pelajaran. Saat itulah, ia menyadari bahwa larinya tidak
secepat dulu lagi. Akhir-akhir ini, ia sibuk berlatih berenang hinggan tidak
sempat mengasah keahlian alaminya dalam bidang lari.
Sementara
itu, burung elang yang pandai terbang juga merasa kesulitan saat mengikuti
pelajaran menggali. Ia tidak mampu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh
gurunya, seperti menggali terowongan 12 meter. Maka, sepulang sekolah, ia harus
mengikuti pelajaran tambahan menggali. Karena waktunya tersita untuk berlatih
menggali, sampai-sampai ia lupa cara terbang.
Hewan-hewan
lainnya, seperti singa, angsa, kerbau, dan kera juga mengalami hal yang sama.
Mereka tidak berprestasi di bidang keahliannya masing-masing karena dipaksa
melakukan hal-hal lain di luar bakat alami mereka.
Saya akui cerita di atas memang agak lebay, tapi setidaknya bisa dikatakan itulah
gambaran jika kita bekerja tidak sesuai passion yang kita miliki. Kita bekerja
seakan-akan terpaksa dan kita akan merasa sulit menguasai bidang yang bukan
passion kita. Kita menjadi tidak maksimal dalam bekerja dan kehilangan gairah
dalam bekerja. So, pastikan kita tahu apa passion kita, kemudian bekerjalah,
maksimalkanlah, dan tekunilah bidang tersebut. Selamat mencari passion anda.
Comments
Post a Comment
1. Anda boleh berkomentar memakai 'Name/URL'
isi kolom Name dengan 'keyword' blog anda! guna optimasi blog
2. Jangan SPAMMING!!!
3. Dan jangan masukkan LINK aktif
Silahkan berkomentar! Terimakasih