Cerita Tentang Positive Thinking
Cerita ini menunjukkan berprasangka yang baik (positive thinking) , media pengajaran yang berguna untuk guru. Ngomong-ngomong tentang IQ, apakah kalian sudah tahu tentang IQ kalian masing-masing? Apakah kalian termasuk yang IQ tinggi atau IQ standar? Kalau belum tahu coba masuk ke tes iq gratis blog ini.
Sebuah Universitas sedang mengadakan penelitian yang
melibatkan anak-anak dengan IQ rata-rata (standar) dan anak-anak pintar artinya IQ mereka diatas rata-rata. Penelitian ini bertujuan
untuk mencari tahu, korelasi
antara tingkat memahami sesuatu dengan tingkat intelegensi atau IQ seseorang. Apakah yang IQnya tinggi lebih cepat mengerti dibandingkan dengan yang IQnya standar? Nah, diadakanlah uji coba.
Pertama-tama dibentuk 2 kelompok, yaitu kelompok A dan B. Kelompok A merupakan
anak-anak yang mempunyai IQ standar dan B merupakan
anak-anak yang mempunyai IQ tinggi. Kemudian dipanggillah seorang Professor
untuk mengajarkan sesuatu yang baru untuk mereka. Apakah yang terjadi? Ya belum terjadi apa-apa, wong professornya juga
belum datang, hehe.
Nah, sebelum professor
datang, para peneliti menukar label kelompok anak-anak tersebut. Maksudnya para
peneliti ‘berbohong’ kepada professor, mereka berkata “kelompok A ( yang
sebenarnya IQ standar) adalah anak-anak yang IQnya tinggi” begitu juga
sebaliknya dengan kelompok B. Mereka berkata juga bahwa “kelompok B adalah
anak-anak yang IQnya standar” padahal kebalik, ya ini memang disengaja oleh
para peneliti.
Dengan semangat sang
Professor mengajar dikelompok A yang diketahuinya adalah golongan IQ tinggi. Ternyata eh ternyata,
mengagumkan anak-anak kelompok A deengan segera dapat memahami apa yang diajarkan sang Professor.
Setelah itu Professor
pindah
ke kelompok B yang diketahuinya adalah golongan IQ standar. Belum apa-apa
Profesor sudah mengeluh duluan, dalam pikiran dia “wah, pasti mereka akan sulit
mengerti tentang apa yang kuajarkan ini”. Segera Professor tersebut mengajarkan
hal baru pada kelompok B.
Setelah semuanya
selesai diajarkan, Professor kemudian menyimpulkan, bahwa anak-anak yang di A (yang notabene IQnya
standar)
lebih cepat paham dibanding yg di B (yang notabene IQnya tinggi). Dan ternyata
kelompok A yang IQnya standarlah yang lebih mudah paham dibanding kelompok B
yang IQnya tinggi. Mengapa?
Yang terjadi pada
penelitian ini disebut SELF IMAGE yang salah pada sang pengajar atau
sang professor. Self Image yagn salah / negatif bisa disebut prasangka negatif membuat sang
Professor lebih bersemangat mengajar pada kelompok A daripada kelompok B. Saat anak-anak yang berada di kelompok A
tidak paham, sang professor tanpa sadar (karena semangat) berupaya
menyederhanakan ucapannya. Berbeda dengan saat mengajar di kelas B, saat mereka belum paham, sang professor
langsung berasumsi “yah dasar IQ standar”
Saya mengutip dari dialog Mr.Han dalam film The
Karate Kid
"Tidak ada murid yang buruk, yang ada adalah cara guru ketika mengajar yang buruk”
Kesimpulannya prasangka kita menentukan masa
depan kita. Pesan saya terhadap guru-guru, ajarilah murid bapak/ibu
dengan cara yang terbaik, karena
“Murid yang berilmu pasti ada sosok guru yang mengajarkannya”
Ya, ajarkanlah murid
bapak/ibu sampai dia mengerti akan ilmunya. Pesan moral, jangan lagi berprasangka
buruk untuk semua hal, jadilah orang bijak:
Bagus deh gan artikelnya ,, emang kita harus selalu positive thinking dalam menjalankan apapun :D
ReplyDeleteMakasih gan, semoga kita selalu positive thinking dalam menjalani hidup ini -amin-
Deletebagus gan artikelnya, boleh ijin repost?
ReplyDeleteBoleh aja, asal kata-katanya diubah lagi! 80% tidak boleh ada yang sama. Kalau asal COPAS, merugikan saya dan anda. Syaratnya sih sederhana, join this site, masukkan saya dalam lingkaran anda, dan like fanpage blog ini. Terimakasih.
DeleteOh ternyata seperti itu, jadi tahu saya, menarik sekali, dan sangat bermanfaat, ditunggu ya kunjungan baliknya
ReplyDeleteTerimakasih, senang bisa memcerahkan
DeleteCakep nih postnya, nice share
ReplyDeleteemang ya positif thinking itu penting banget, apalagi di dunia ajar mengajar
ReplyDeleteya sob, itu BENER banget
Deletemakasih buat tulisannya...
ReplyDeleteself imgae ya, nice post, nambah ilmu :)
ReplyDeletesip deh
Deleteberarti murid tergantung pada gurunya hahaha
ReplyDeletenggak gitu juga kali bro, pertama kita harus paham dahulu bahwa guru hanya pembuka pintu sedangkan yang memasuki pintu itu adalah kita sendiri. (Pahami dulu kalimat ini)
DeleteJadi kalo guru itu bisa membuka pintu itu selebar mungkin, kita pun nyaman untuk memasukinya. Ngerti nggak?
Bagus nih... bisa nambah ilmu
ReplyDeleteSip deh
DeleteNice post! Guru kan kalo ngajar mesti adil, ga pilih2 :p
ReplyDeleteya memang harus positif thinking dalam segala hal.. tetep semangat...
ReplyDeleteYeah!
Deletekeren postingannya gan moga kita slalu positive thingking
ReplyDeleteYou are what you think. Bagus gan artikelnya
ReplyDeletekunjungi http://technokers.com/kosmetikoriflame/2015/06/22/kosmetik-oriflame-spesial-ramadhan-dan-idhul-fitri/
ReplyDelete